MAKALAH FISIOLOGI HEWAN 1
Leukimia
Disusun
oleh:
Debby
Subiekti (1300008151)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
leukemia menjadi penyakit yang popular dinegara kita ini. Penyakit kanker darah
(leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada manusia. Namun, penanganan
kanker ini masih lambat. Inilah sebabnya banyak anak penderita kanker yang
ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukemia
adalah proliferasi 1 jenis atau lebih sel hematopoetik secara berlebihan,
ganas, sering disertai kelainan bentuk leukosit abnormal dan dapat disertai
anemia, trombositopenia dan berakhir dengan kematian.
Leukemia
sebenarnya adalah sebuah istilah medis yang luas. Leukemia kanker dipisahkan menjadi
dua, bentuk yang lebih didefinisikan bernama Leukemia kronis dan
leukemia akut. Kanker leukemia akut cenderung menimpa anak-anak dan dewasa muda.
Proliferasi sel-sel tulang sumsum menghambat Sumsum tulang
untuk membuat sel benar sehat. Ini adalah bentuk yang sangat berbahaya dari kanker
karena sel–sel ganas yang tersedia untuk aliran darah untuk transportasi
ke organ lain.
Leukimia merupakan
keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasiklon yang abnormal dan sel bakal
mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan pertumbuhan
dari sel limfoid dan mieloid. Diagnosa leukemia akut dapat ditegakkan dari pemeriksaan
hematologi Hb, leukosit, tulang, yaitu tipe leukemia akut berdasarkan klasifikasi
FAB. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai leukemia untuk lebih mengetahui
penyakit leukemia, macam-macam leukemia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1.
Bagaimana definisi penyakit kanker leukemia?
2.
Apa sajakah macam-macam penyakit kanker leukemia?
3.
Bagaimanakah penanganan penyakit kanker leukemia?
4.
Kapan seseorang dinyatakan terkena penyakit leukemia?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas tujuannya adalah :
1.
Untuk mengetahui definisi penyakit kanker leukemia.
2.
Untuk mengetahui macam-macam penyakit kanker leukemia.
3.
Untuk mengetahui cara penanganan penyakit kanker leukemia.
4.
Untuk mengetahui kapan seseorang dinyatakan terkena penyakit
leukemia.
BAB
II
LEUKEMIA
A. Definisi Leukemia
Leukemia
berasal
dari bahasa yunani leukos–putih, haima–darah. Leukimia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan
jaringan getah bening.Semua kanker bermula di sel, yang memuat darah dan
jaringan lainnya. Sel–sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel–sel
baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel–sel semakin tua, sel–sel tersebut akan
mati dan sel–sel baru akan
menggantikannya.
Leukimia
mula–mula
dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “darah putih“, adalah penyakit
neoplastik yang ditandai dengan deferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoietik yang secara maglina melakukan transformasi, yang menyebabkan
penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal.
Beberapa pengertian menurut para ahli:
1.
Leukemia adalah proliferasi sel darah
putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah.
2.
Leukimia adalah proliferasi tak teratur
atau akumulasi sel darah putih dalm sum – sum tulang normal ( Smeltzer, Sc and
Bare, B, G 2002).
3.
Leukemia
adalah suatu keganasan pada alat pembuatan sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum – sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain ( Arief Mansjoer, dkk, 2002)
4.
Leukemia
adalah
neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentukan darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan
dari beberapa pengertian diatas Leukemia
adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel – sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk
darah. Klasifikasi Leukemia yang
paling banyak digunakan adalah klasifikasi dari FAB, yaitu klasifikasi
berdasarkan morfologi dan didasarkan pada deferensiasi dan matur sel leukemia
yang dominan dalam sumsum tulang, serta pada penelitian sitokimia.
Penyakit
kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun,
penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat, itulah sebabnya lebih
dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki
stadium lanjut. Leukimia akut, terdiri dari anak – anak , remaja, dewasa, dan
manula. Umur berkisar dari 4 – 82 tahun.
B. Insiden
Leukimia
menyerang baik wanita maupun laki – laki.Namun laki – laki terserang lebih
banyak daripada wanita. Leukemia granulosistik atau mielositik akut ditemukan
pada orang dewasa semua umur, dan akan meningkat setelah umur 40 tahun. Umur
rata – rata adalah 60 tahun. Leukemia limfositik akut lebih sering pada anak –
anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncaknya antara umur 2 tahun dan 4 tahun. Keadaan ini juga terdapat pada
orang dewasa semua umur , dengan peningkatan bertahab pada umur 60 tahun.
Leukimia
granulosit atau mielositik kronik paling sering ditemukan pada pasien berusia
pertengahan dengan umur rata – rata 60 tahun, tetapi dapat terjadi pada tiap
kelompok umur.Leukemia limfositik kronik biasanya ditemukan pada individu yang
lebih tua.
C. Etiologi
Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui,
predisposisi dibawah ini dapat memainkan peran terjadinya leukemia.
1. Genetik
Adanya
penyimpangan kromososm insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongentiak, diantaranya pada sindrom down kelihatanya mempunyai insiden
leukemia akut dua puluh kali lipat, sindrom bloom, fanconi’s anemia.
2. Saudara
kandung
Dilaporkan
adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus –
kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
3. Faktor
lingkungan
Beberapa
faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan.Misalnya, radiasi, bahan kimia, dan obat – obatan yang dihubungkan
dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut.
4. Bahan
kimia
Paparan
kromis dari bahan kimia (misal :benzene) dihubungkan dengan peningkatkan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzene.
5. Radiasi
Hubungan
yang erat antara radiasi dan leukimia ditemukan pada pasien – pasien anxylosing
spondilitis yang mendapat terapi radiasi.
Kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau
kemoterapi. Pasien dengan sindrom mielodisplastik (gangguan sel induk dengan manifestasi adanya
blas dan pansitopenia yang ditemukan pada orang dewasa tua) sering berkembang
menjadi leukemia nonlimfostik akut. Terapi ditunjukan pada eliminasi garis sel
abnormal 65% pasien, dengan mulainya lagi hematopoiesis normal, mencapai remisi
penyakit.Agen kemoterapi yang dipilih untuk menghancurkan sel dengan berbagai
mekanisme, seperti mengganggu maturasi dan metabolisme sel, biasanya penyakit
aktif, timbul setalah kemoterapi.Infeksi tetap merupakan penyebab kematian
utama pada pasien dengan leukemia akut.
Perawatan
harus mencakup perhatian yang penuh melawan infeksi dan pendarahan.Terapi
antimikroba yang agresif harus dimulai pada tanda pertama infeksi, bersama
dengan profilaksis antifungus. Penggunaan terapi komponen darah yang bijaksana
( misalnya, trombosit, SDM ) akan melindungi pasien dari pendarahan.
D. Macam – Macam Leukemia
1.
Leukemia Akut
Leukimia
akut yang menyerang rangkaian mieloid disebut leukimia nonlimfositik akut (
LNLA ), leukimia mielositik akut (LMA), atau leukimia granulositik akut.
Leukimia nonlimfoditik akut (LNLA) bertanggung jawab atas 80% leukimia akut
pada orang dewasa. Permulaannya mungkin mendadak atau progresif dalam masa 1
sampai 3 bulan, dengan durasi gejala singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.
2.
Leukemia limfositik akut
Leukimia
limfositik akut (LLA) merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak
di bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara umur 3 dan 4 tahun. Namun
20% insiden terjadi antara umur dewasa yang menderita leukimia akut.
3.
Leukemia Kronik
a. Leukimia
Granolisitik Kronik
Leukimia
granolisistik kronik (LGK) atau leukimia mielositik kronik (LMK) menerangkan
15% leukimia, paling sering terlihat pada orang dewasa usia pertengahan, tetapi
dapat juga timbul pada setiap kelompok umur. Tidak seperti LGA, LGK memiliki
awalan yang lambat, sering ditemukan sewaktu dilakukan pemeriksaan darah rutin
atau skrining darah.
LGK
dianggap sebagai suatu gangguan mieloproliferatif karena sumsum tulang
hiperselular dengan proliferasi pada semua garis diferensiasi sel. Walaupun
pematangan sel terganggu, sebagian besar sel tetap menjadi matang dan
berfungsi. Pada 85% kasus, terdapat kelainan kromosom yang disebut kromosom Philadelphia. Kromosom
Philadelphia merupakan suatu translokasi dari lengan panjang kromosom 22 ke
kromosom 9. Kelainan kromosom ini memengaruhi sel induk hematopoietik dan
karenannya terdapat pada garis sel myeloid, serta beberapa garis limfoid.
Tanda
dan gejala berkaitan dengan keadaan hipermetabolik misalnya, kelelahan,
penurunan berat badan, diaphoresis meningkat, dan tidak tahan panas. Lien
membesar mengakibatkan perasaan penuh pada abdomen dan mudah merasa kenyang. Tujuan
dari pengobatan adalah mengurangi kromosom Philadelphia dan BCR-ABL onkogenik
yang terbentuk akibat translokasi kromosom ke-9 dan ke-22. Gen ini dianggap
mencetuskan pertumbuhan sel leukimia yang tak terkontrol.
Pengobatan
saat ini dengan kemoterapi interminten, menggunakan hidroksiurea dan
alfa-interferon.Interferon mengurangi jumlah sel positif kromosom Philadelphia,
yang meningkatkan manfaat harapan hidup dan sekarang dianjurkan sebagai terapi
garis pertama pada fase kronik.
Transplantasi sel induk alogenik (sel induk darah tepi orang lain)
dilakukan saat pasien berada pada fase kronik stabil LGK,menawarkan harapan
untuk penyembuhan pada penyakit yang fatal.
b.
Leukimia Limfositik Kronik
Leukimia
Limfositik Kronik ( LLK ) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang
ditemukan pada orang tua ( umur median 60 tahun ) dengan perbandingan 2:1 untuk
laki – laki. LLK awalnya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan pada
pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit
absolut atau karena limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. Waktu
penyakitnya berkembang, hati juga membesar. Dengan terkenanya lien, prognosis
memburuk. Anemia dini dan trombositopenia ( jumlah trombosit rendah ) bersama
penggandaan waktu SDP pada kurang dari setahun merefleksikan prognosis sangat
buruk dengan harapan hidup median kurang dari 2 tahun.
Tanda
dan gejala yang serupa dengan LGK menggambarkan keadaan hipermetabolik. Pembesaran
organ secara pasif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung sehingga
menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak pada abdomen, dan buang air
besar tidak teratur. Karena sintesis immunoglobulin tidak cukup dan respon
antibody yang tertekan,perjalanannya dipersulit dengan episode rekuren infeksi,
yang terutama melibatkan paru dan kulit.
Infeksi
kulit virus seperti harpes zoster sering terjadi, yang mempengaruhi pasien baik
secara fisik dan emosi. Pengobatan komplikasi ini memerlukan antibiotik
intravena dan agen antiviral yang tepat. Pengobatan menggunakan pendekatan baru
terhadap pengobatan keganasan sel B seperti LLK adalah pemakaian terapi
biologi, menggunakan antibody monoclonal terhadap sel yang secara spesifik.
c.
Leukimia Sel Berambut
Leukimia sel
berambut relatif jarang terjadi, leukimia limfositik sel B indolen. Nama
mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan
darah dan sumsum tulang yang diwarnai.
BAB
III
DIAGNOSA
DAN PERAWATAN
A.
Diagnosa
Pada
klasifikasi leukemia akut dibagi menjadi 4 yaitu : leukemia mielogenosa
(granulositik) akut, leukemia limfoblastik (limfositik) akut, leukemia
mielogenosa (granulositik) kronik, dan leukemia limfoblastik (limfositik)
kronik.
1.
Leukemia
mielogenosa (granulositik) akut
Diagnosis
LGA ditegakkan melalui hitung darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta
pemeriksaan kromosom. Hitung sel darah putih dapat meninggi, normal atau
menurun disertai mioloblas dalam sirkulasi, trombositopenia dan anemia.Sumsum tulangnya
hiperseluler, disertai adanya kelebihan (50%) mieloblas yang mengandung badan
Auer. Sitogenetik mengalami aberasi kromosomal non-random. Perubahan metabolic
juga terlihat disertau peningkatan asam urat yang disebabkan oleh tingginya
pergantian sel darah putih, dimana antigen cALLa kurang, kurang penentu sel B
dan T.
2.
Leukemia
limfoblastik (limfositik) akut
Diagnosis
ditegakkan melalui hitung sel darah lengkap, diferensiasi, hitung trombosit dan
pemeriksaan sumsum tulang.Hitung sel darah putih umumnya meningkat dengan nyata
disertai adanya limfositosis, hitung trombosit dan sel darah merah
rendah.Sumsum tulang biasanya hiperseluler disertai dengan adanya infiltrasi
limfoblas. Harus dilengkapi dengan pemeriksaan analisa cairan
spinal.Sitogenetik mengalami aberasi kromosomal bervariasi aberasi 5% kromosom
Philadelphia. Dalam identifikasi imunologis 85% antigen cALLa (kurang sifat
khas sel B atau T).
3.
Leukemia
mielogenosa (granulositik) kronik
Diagnosis
ditegakkan melalui hitung sel darah tepi, dimana sel darah putih meningkat
dengan nyata, terutama granulosit dewasa dan ditemukannya semua tahapan
perkembangan sel, termasuk sel blas. Sumsum tulang biasanya hiperel 2% blas
disertai megakariosit. Sitogenetik mengalami aberasi 85% kromosom Philadelphia
dan mengalami kromosomal lainnya. Di dalam identifikasi imunologis tidak akan
teridentifikasi. Perkembangan penderita terjadi fase resisten disertai dengan
pembentukan mieloblas yang berlebihan (tranformasi blas). Trombositopenia dan
anemia terjadi pada fase terminal.
4.
Leukemia
limfoblastik (limfositik) kronik
Diagnosis
ditegakkan menggunakan hitung darah putih, dimana terjadi peningkatan yang
nyata limfosit dewasa yang kecil netrofil. Trombositopenia mengalami perubahan
dan anemia disertai penyakit yang progresif. Sumsum tulang mengalami perubahan
pada limfosit hingga 30%. Sitogenetik mengalami aberasi kromosomal random yang
tidak pasti. Pada identifikasi imunologis sebagian besar memiliki petanda sel B
dan 1-3% memiliki petanda sel T.
B.
Cara
Perawatan
1.
Leukemia
mielogenosa (granulositik) akut
Lebih
pada terapi yang diarahkan untuk menghilangkan sel yang abnormal ; sel-sel
normal akan mengadakan regenerasi sendiri, pada 65% penderita juga mengalami
remisi penyakit. Terapi juga dapat menggunakan agen-agen kemoterapeutik yang
sering digunakan pada pengobatan keganasan hematologi. Sebagian besar regimen
yang digunakan akhir-akhir ini adalah antimetabolit sitosin arabinosid,
antibiotic antrasiklin, seperti doksorubisin atau daunorubisin hidrosiklin. Agen-agen
kemoteropeutik yang terpilih menghancurkan sel-sel dengan berbagai mekanisme
seperti mengganggu metabolisme dan pematangan sel. Manifestasi klinis
pansitopenia yang menyertai penyakit aktif terdapat setelah kemoterapi. Perawatan
suportif adalah kunci untuk meningkatkan daya hidup pederita. Perawatan
sebaiknya mencakup kewaspadaan untuk mencegah infeksi dan pendarahan, pemberian
antimicrobial agresif pada kasus infeksi, dan penggunaan terapi komponen darah
yang bijaksana (seperti trombosit, sel darah merah padat). Transplantasi sumsum
tulang dapat menyelamatkan sekitar 30% penderita pada relaps pertama atau
sekitar penderita pada relaps pertama atau remisi kedua.
2.
Leukemia
limfoblastik (limfositik) akut
Awitan
LLA biasanya mendadak disertai perkembangan dan kematian yang cepat jika tidak
diobati. Perbaikan dengan pengobatan sangat dramatis tidak saja 90 sampai 95%
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Hal ini dicapai melalui
pengobatan kemoterapi. Pada umumnya program kemoterapi merupakan kombinasi dari
vinkristi, prednisone dan L-asparaginase. Daunorubisin ditambahkan pada
penderita resiko tinggi. Hasil pengobatan secara intensif pada orang dewasa
penderita LLA adalah intensif pada orang dewasa penderita LLA adalah kira-kira
35% penderita dapat hidup tanpa penyakit selama 5 tahun. Transplantasi sumsum
tulang harus dipikirkan bagi orang dewasa yang menderita LLA lanjut pada remisi
kedua untuk memperpanjang masa hidup tanpa penyakit.Anak-anak yang mengalami
remisi kurang dari 18 bulan harus dipikirkan untuk mendapatkan transplantasi
sumsum tulang.
3.
Leukemia
mielogenosa (granulositik) kronik
Pada
penderita tersebut bisa dilaporkan ada yang tetap hidup dalam waktu yang lama,
tetapi angka mediannya sekitar 3 tahun, baik diberi pengobatan maupun tanpa
pengobatan. Pengobatan dengan kemoterapi intermiten ditunjukan pada penekanan
hematopoiesis yang berlebihan dan mengurangi ukuran limfa. Berbagai penderita
berkembang menjadi lebih progresif, fase resitensi disertai pembentukan
mieloblas yang berlebihan (tranformasi blas). Kematian terjadi dalam beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah transformasi blas. Suatu transplantasi
sumsum tulang dari individu lain (allogenik) yang dilakukan pada fase kronik
stabil penderita LGK memberikan suatu harapan kesembuhan pada penyakit yang
menjadi yang dapat menjadi fatal ini. Walaupun morbiditas dan mortalitas selama
transplantasi tetap tinggi, hal ini harus dipikirkan untuk semua penderita muda
yang memiliki saudara kandung identik HLA.
4. Leukemia limfoblastik (limfositik)
kronik
Pada
Leukemia Limfositik Kronik ini menggambarkan keadaan yang hipermetabolik.
Pembesaran organ secara massif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung
sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak pada abdomen dan
buang air besar tidak teratur. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi massa
limfositik, sehingga memperbaiki pansitopenia dan melegakan rasa tidak enak
yang disebabkan oleh pembesaran organ. Digunakan kemoterapi dengan agen-agen
alkil, terapi radiasi dan kotikosteroid.
BAB
III
KESIMPULAN
1. Leukemia berasal
dari bahasa yunani leukos – putih, haima – darah. Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel – sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah yang mempengaruhi
sumsum tulang dan jaringan getah bening.
2. Macam
– macam penyakit leukemia
a. Leukemia
Akut
b. Leukemia limfositik akut
c. Leukemia Kronik
i.
Leukemia Granolisitik Kronik
ii.
Leukemia Limfositik Kronik
iii.
Leukemia Sel Berambut
3. Penanganan
leukemia sebagai berikut :
Dengan cara terapi yang diarahkan untuk
menghilangkan el yang abnormal, melalui pengobatan kemoterapi dan transplantasi
sumsum tulang, pemberian antimicrobial agresif pada kasus infeksi, dan
penggunaan terapi komponen darah yang bijaksana (seperti trombosit, sel darah
merah padat). Perawatan suportif adalah kunci untuk meningkatkan daya hidup
pederita.
4. Seseorang
dinyatakan terkena leukemia, dapat dilihat dari etologinya :
a. Genetik
: adanya penyimpangan kromosom
b. Saudara
kandung : adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik yang
terjadi pada tahun pertama kelahiran.
c. Faktor
lingkungan : radiasi, bahan kimia, dan obat – obatan yang dihubungkan dengan
insiden.
d. Bahan
kimia : Paparan kromis dari bahan kimia
e. Radiasi
: Hubungan yang erat antara radiasi
Leukemia
granulosistik atau mielositik akut ditemukan pada orang dewasa semua umur, dan
akan meningkat setelah umur 40 tahun. Umur rata – rata adalah 60 tahun.
Leukemia limfositik akut lebih sering pada anak – anak di bawah umur 15 tahun,
dengan puncaknya antara umur 2 tahun dan
4 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Dr. Sarjadi, dr.SpPA. 2000. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi
dan Patologi Modern Untuk Perawat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 Buku 1. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Reeves, Charlene Jet al. 2001. Medical-surgical Nursing. Jakarta : Salemba medika.
Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2002. Medical Surgical Nursing. Amerika :
Lippincott.
Waterbury, Larry. 2001. Buku Saku
Hematologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar