Rabu, 08 Juli 2015

Leukimia




MAKALAH FISIOLOGI HEWAN 1

Leukimia


           



  
Disusun oleh:
Debby Subiekti (1300008151)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA

2015





BAB 1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penyakit leukemia menjadi penyakit yang popular dinegara kita ini. Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada manusia. Namun, penanganan kanker ini masih lambat. Inilah sebabnya banyak anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukemia adalah proliferasi 1 jenis atau lebih sel hematopoetik  secara berlebihan, ganas, sering disertai kelainan bentuk leukosit abnormal dan dapat disertai anemia, trombositopenia dan berakhir dengan kematian.
Leukemia sebenarnya adalah sebuah istilah medis yang luas. Leukemia kanker dipisahkan menjadi dua, bentuk yang lebih didefinisikan bernama Leukemia kronis  dan leukemia akut. Kanker leukemia akut cenderung menimpa anak-anak dan dewasa muda. Proliferasi sel-sel tulang sumsum menghambat Sumsum tulang untuk membuat sel benar sehat. Ini adalah bentuk yang sangat berbahaya dari kanker karena sel–sel ganas yang tersedia untuk aliran darah untuk transportasi ke organ lain.
Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasiklon yang abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid. Diagnosa leukemia akut dapat ditegakkan dari pemeriksaan hematologi Hb, leukosit, tulang, yaitu tipe leukemia akut berdasarkan klasifikasi FAB. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai leukemia untuk lebih mengetahui penyakit leukemia, macam-macam leukemia.




B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1.    Bagaimana definisi penyakit kanker leukemia?
2.    Apa sajakah macam-macam penyakit kanker leukemia?
3.    Bagaimanakah penanganan penyakit kanker leukemia?
4.    Kapan seseorang dinyatakan terkena penyakit leukemia?

C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuannya adalah :
1.      Untuk mengetahui definisi penyakit kanker leukemia.
2.      Untuk mengetahui macam-macam penyakit kanker leukemia.
3.      Untuk mengetahui cara penanganan penyakit kanker leukemia.
4.      Untuk mengetahui kapan seseorang dinyatakan terkena penyakit leukemia.


BAB II
LEUKEMIA

A.   Definisi Leukemia
Leukemia berasal dari bahasa yunani leukos–putih, haima–darah. Leukimia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.Semua kanker bermula di sel, yang memuat darah dan jaringan lainnya. Sel–sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel–sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel–sel semakin tua, sel–sel tersebut akan mati dan sel–sel baru akan  menggantikannya.
Leukimia mula–mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “darah putih“, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan deferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang secara maglina melakukan transformasi, yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal.
Beberapa pengertian menurut para ahli:
1.      Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah.
2.      Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalm sum – sum tulang normal ( Smeltzer, Sc and Bare, B, G 2002).
3.      Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuatan sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum – sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain ( Arief Mansjoer, dkk, 2002)
4.      Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentukan darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas Leukemia adalah  suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel – sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker  pada alat pembentuk darah. Klasifikasi Leukemia yang paling banyak digunakan adalah klasifikasi dari FAB, yaitu klasifikasi berdasarkan morfologi dan didasarkan pada deferensiasi dan matur sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta pada penelitian sitokimia.
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat, itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Leukimia akut, terdiri dari anak – anak , remaja, dewasa, dan manula. Umur berkisar dari 4 – 82 tahun.

B.   Insiden
Leukimia menyerang baik wanita maupun laki – laki.Namun laki – laki terserang lebih banyak daripada wanita. Leukemia granulosistik atau mielositik akut ditemukan pada orang dewasa semua umur, dan akan meningkat setelah umur 40 tahun. Umur rata – rata adalah 60 tahun. Leukemia limfositik akut lebih sering pada anak – anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncaknya antara umur 2 tahun  dan 4 tahun. Keadaan ini juga terdapat pada orang dewasa semua umur , dengan peningkatan bertahab pada umur 60 tahun.
Leukimia granulosit atau mielositik kronik paling sering ditemukan pada pasien berusia pertengahan dengan umur rata – rata 60 tahun, tetapi dapat terjadi pada tiap kelompok umur.Leukemia limfositik kronik biasanya ditemukan pada individu yang lebih tua.

C.   Etiologi
Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui, predisposisi dibawah ini dapat memainkan peran terjadinya leukemia.
1.      Genetik
Adanya penyimpangan kromososm insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongentiak, diantaranya pada sindrom down kelihatanya mempunyai insiden leukemia akut dua puluh kali lipat, sindrom bloom, fanconi’s anemia.
2.      Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus – kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
3.      Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan.Misalnya, radiasi, bahan kimia, dan obat – obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut.
4.      Bahan kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal :benzene) dihubungkan dengan peningkatkan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzene.
5.      Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukimia ditemukan pada pasien – pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi.
Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau kemoterapi. Pasien dengan sindrom mielodisplastik  (gangguan sel induk dengan manifestasi adanya blas dan pansitopenia yang ditemukan pada orang dewasa tua) sering berkembang menjadi leukemia nonlimfostik akut. Terapi ditunjukan pada eliminasi garis sel abnormal 65% pasien, dengan mulainya lagi hematopoiesis normal, mencapai remisi penyakit.Agen kemoterapi yang dipilih untuk menghancurkan sel dengan berbagai mekanisme, seperti mengganggu maturasi dan metabolisme sel, biasanya penyakit aktif, timbul setalah kemoterapi.Infeksi tetap merupakan penyebab kematian utama pada pasien dengan leukemia akut.
Perawatan harus mencakup perhatian yang penuh melawan infeksi dan pendarahan.Terapi antimikroba yang agresif harus dimulai pada tanda pertama infeksi, bersama dengan profilaksis antifungus. Penggunaan terapi komponen darah yang bijaksana ( misalnya, trombosit, SDM ) akan melindungi pasien dari pendarahan.

D.    Macam – Macam Leukemia
1.      Leukemia Akut
Leukimia akut yang menyerang rangkaian mieloid disebut leukimia nonlimfositik akut ( LNLA ), leukimia mielositik akut (LMA), atau leukimia granulositik akut. Leukimia nonlimfoditik akut (LNLA) bertanggung jawab atas 80% leukimia akut pada orang dewasa. Permulaannya mungkin mendadak atau progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan, dengan durasi gejala singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2.      Leukemia limfositik akut
Leukimia limfositik akut (LLA) merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara umur 3 dan 4 tahun. Namun 20% insiden terjadi antara umur dewasa yang menderita leukimia akut.
3.      Leukemia Kronik
a.       Leukimia Granolisitik Kronik
Leukimia granolisistik kronik (LGK) atau leukimia mielositik kronik (LMK) menerangkan 15% leukimia, paling sering terlihat pada orang dewasa usia pertengahan, tetapi dapat juga timbul pada setiap kelompok umur. Tidak seperti LGA, LGK memiliki awalan yang lambat, sering ditemukan sewaktu dilakukan pemeriksaan darah rutin atau skrining darah.
LGK dianggap sebagai suatu gangguan mieloproliferatif karena sumsum tulang hiperselular dengan proliferasi pada semua garis diferensiasi sel. Walaupun pematangan sel terganggu, sebagian besar sel tetap menjadi matang dan berfungsi. Pada 85% kasus, terdapat kelainan kromosom yang disebut kromosom Philadelphia. Kromosom Philadelphia merupakan suatu translokasi dari lengan panjang kromosom 22 ke kromosom 9. Kelainan kromosom ini memengaruhi sel induk hematopoietik dan karenannya terdapat pada garis sel myeloid, serta beberapa garis limfoid.
Tanda dan gejala berkaitan dengan keadaan hipermetabolik misalnya, kelelahan, penurunan berat badan, diaphoresis meningkat, dan tidak tahan panas. Lien membesar mengakibatkan perasaan penuh pada abdomen dan mudah merasa kenyang. Tujuan dari pengobatan adalah mengurangi kromosom Philadelphia dan BCR-ABL onkogenik yang terbentuk akibat translokasi kromosom ke-9 dan ke-22. Gen ini dianggap mencetuskan pertumbuhan sel leukimia yang tak terkontrol.
Pengobatan saat ini dengan kemoterapi interminten, menggunakan hidroksiurea dan alfa-interferon.Interferon mengurangi jumlah sel positif kromosom Philadelphia, yang meningkatkan manfaat harapan hidup dan sekarang dianjurkan sebagai terapi garis pertama pada fase kronik.  Transplantasi sel induk alogenik (sel induk darah tepi orang lain) dilakukan saat pasien berada pada fase kronik stabil LGK,menawarkan harapan untuk penyembuhan pada penyakit yang fatal.
b.      Leukimia Limfositik Kronik
Leukimia Limfositik Kronik ( LLK ) merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada orang tua ( umur median 60 tahun ) dengan perbandingan 2:1 untuk laki – laki. LLK awalnya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit absolut atau karena limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. Waktu penyakitnya berkembang, hati juga membesar. Dengan terkenanya lien, prognosis memburuk. Anemia dini dan trombositopenia ( jumlah trombosit rendah ) bersama penggandaan waktu SDP pada kurang dari setahun merefleksikan prognosis sangat buruk dengan harapan hidup median kurang dari 2 tahun.
Tanda dan gejala yang serupa dengan LGK menggambarkan keadaan hipermetabolik. Pembesaran organ secara pasif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak pada abdomen, dan buang air besar tidak teratur. Karena sintesis immunoglobulin tidak cukup dan respon antibody yang tertekan,perjalanannya dipersulit dengan episode rekuren infeksi, yang terutama melibatkan paru dan kulit.
Infeksi kulit virus seperti harpes zoster sering terjadi, yang mempengaruhi pasien baik secara fisik dan emosi. Pengobatan komplikasi ini memerlukan antibiotik intravena dan agen antiviral yang tepat. Pengobatan menggunakan pendekatan baru terhadap pengobatan keganasan sel B seperti LLK adalah pemakaian terapi biologi, menggunakan antibody monoclonal terhadap sel yang secara spesifik.
c.       Leukimia Sel Berambut
Leukimia sel berambut relatif jarang terjadi, leukimia limfositik sel B indolen. Nama mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan darah dan sumsum tulang yang diwarnai.
BAB III
DIAGNOSA DAN PERAWATAN

A.   Diagnosa
Pada klasifikasi leukemia akut dibagi menjadi 4 yaitu : leukemia mielogenosa (granulositik) akut, leukemia limfoblastik (limfositik) akut, leukemia mielogenosa (granulositik) kronik, dan leukemia limfoblastik (limfositik) kronik.
1.      Leukemia mielogenosa (granulositik) akut
Diagnosis LGA ditegakkan melalui hitung darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta pemeriksaan kromosom. Hitung sel darah putih dapat meninggi, normal atau menurun disertai mioloblas dalam sirkulasi, trombositopenia dan anemia.Sumsum tulangnya hiperseluler, disertai adanya kelebihan (50%) mieloblas yang mengandung badan Auer. Sitogenetik mengalami aberasi kromosomal non-random. Perubahan metabolic juga terlihat disertau peningkatan asam urat yang disebabkan oleh tingginya pergantian sel darah putih, dimana antigen cALLa kurang, kurang penentu sel B dan T.
2.      Leukemia limfoblastik (limfositik) akut
Diagnosis ditegakkan melalui hitung sel darah lengkap, diferensiasi, hitung trombosit dan pemeriksaan sumsum tulang.Hitung sel darah putih umumnya meningkat dengan nyata disertai adanya limfositosis, hitung trombosit dan sel darah merah rendah.Sumsum tulang biasanya hiperseluler disertai dengan adanya infiltrasi limfoblas. Harus dilengkapi dengan pemeriksaan analisa cairan spinal.Sitogenetik mengalami aberasi kromosomal bervariasi aberasi 5% kromosom Philadelphia. Dalam identifikasi imunologis 85% antigen cALLa (kurang sifat khas sel B atau T).
3.      Leukemia mielogenosa (granulositik) kronik
Diagnosis ditegakkan melalui hitung sel darah tepi, dimana sel darah putih meningkat dengan nyata, terutama granulosit dewasa dan ditemukannya semua tahapan perkembangan sel, termasuk sel blas. Sumsum tulang biasanya hiperel 2% blas disertai megakariosit. Sitogenetik mengalami aberasi 85% kromosom Philadelphia dan mengalami kromosomal lainnya. Di dalam identifikasi imunologis tidak akan teridentifikasi. Perkembangan penderita terjadi fase resisten disertai dengan pembentukan mieloblas yang berlebihan (tranformasi blas). Trombositopenia dan anemia terjadi pada fase terminal.
4.      Leukemia limfoblastik (limfositik) kronik
Diagnosis ditegakkan menggunakan hitung darah putih, dimana terjadi peningkatan yang nyata limfosit dewasa yang kecil netrofil. Trombositopenia mengalami perubahan dan anemia disertai penyakit yang progresif. Sumsum tulang mengalami perubahan pada limfosit hingga 30%. Sitogenetik mengalami aberasi kromosomal random yang tidak pasti. Pada identifikasi imunologis sebagian besar memiliki petanda sel B dan 1-3% memiliki petanda sel T.

B.   Cara Perawatan
1.      Leukemia mielogenosa (granulositik) akut
Lebih pada terapi yang diarahkan untuk menghilangkan sel yang abnormal ; sel-sel normal akan mengadakan regenerasi sendiri, pada 65% penderita juga mengalami remisi penyakit. Terapi juga dapat menggunakan agen-agen kemoterapeutik yang sering digunakan pada pengobatan keganasan hematologi. Sebagian besar regimen yang digunakan akhir-akhir ini adalah antimetabolit sitosin arabinosid, antibiotic antrasiklin, seperti doksorubisin atau daunorubisin hidrosiklin. Agen-agen kemoteropeutik yang terpilih menghancurkan sel-sel dengan berbagai mekanisme seperti mengganggu metabolisme dan pematangan sel. Manifestasi klinis pansitopenia yang menyertai penyakit aktif terdapat setelah kemoterapi. Perawatan suportif adalah kunci untuk meningkatkan daya hidup pederita. Perawatan sebaiknya mencakup kewaspadaan untuk mencegah infeksi dan pendarahan, pemberian antimicrobial agresif pada kasus infeksi, dan penggunaan terapi komponen darah yang bijaksana (seperti trombosit, sel darah merah padat). Transplantasi sumsum tulang dapat menyelamatkan sekitar 30% penderita pada relaps pertama atau sekitar penderita pada relaps pertama atau remisi kedua.
2.      Leukemia limfoblastik (limfositik) akut
Awitan LLA biasanya mendadak disertai perkembangan dan kematian yang cepat jika tidak diobati. Perbaikan dengan pengobatan sangat dramatis tidak saja 90 sampai 95% dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Hal ini dicapai melalui pengobatan kemoterapi. Pada umumnya program kemoterapi merupakan kombinasi dari vinkristi, prednisone dan L-asparaginase. Daunorubisin ditambahkan pada penderita resiko tinggi. Hasil pengobatan secara intensif pada orang dewasa penderita LLA adalah intensif pada orang dewasa penderita LLA adalah kira-kira 35% penderita dapat hidup tanpa penyakit selama 5 tahun. Transplantasi sumsum tulang harus dipikirkan bagi orang dewasa yang menderita LLA lanjut pada remisi kedua untuk memperpanjang masa hidup tanpa penyakit.Anak-anak yang mengalami remisi kurang dari 18 bulan harus dipikirkan untuk mendapatkan transplantasi sumsum tulang.
3.      Leukemia mielogenosa (granulositik) kronik
Pada penderita tersebut bisa dilaporkan ada yang tetap hidup dalam waktu yang lama, tetapi angka mediannya sekitar 3 tahun, baik diberi pengobatan maupun tanpa pengobatan. Pengobatan dengan kemoterapi intermiten ditunjukan pada penekanan hematopoiesis yang berlebihan dan mengurangi ukuran limfa. Berbagai penderita berkembang menjadi lebih progresif, fase resitensi disertai pembentukan mieloblas yang berlebihan (tranformasi blas). Kematian terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah transformasi blas. Suatu transplantasi sumsum tulang dari individu lain (allogenik) yang dilakukan pada fase kronik stabil penderita LGK memberikan suatu harapan kesembuhan pada penyakit yang menjadi yang dapat menjadi fatal ini. Walaupun morbiditas dan mortalitas selama transplantasi tetap tinggi, hal ini harus dipikirkan untuk semua penderita muda yang memiliki saudara kandung identik HLA.
4.      Leukemia limfoblastik (limfositik) kronik
Pada Leukemia Limfositik Kronik ini menggambarkan keadaan yang hipermetabolik. Pembesaran organ secara massif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak pada abdomen dan buang air besar tidak teratur. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi massa limfositik, sehingga memperbaiki pansitopenia dan melegakan rasa tidak enak yang disebabkan oleh pembesaran organ. Digunakan kemoterapi dengan agen-agen alkil, terapi radiasi dan kotikosteroid.

BAB III
KESIMPULAN

1.      Leukemia berasal dari bahasa yunani leukos – putih, haima – darah. Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel – sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker  pada alat pembentuk darah yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
2.      Macam – macam penyakit leukemia
a.       Leukemia Akut
b.      Leukemia limfositik akut
c.       Leukemia Kronik
                                                        i.            Leukemia Granolisitik Kronik
                                                      ii.            Leukemia Limfositik Kronik
                                                    iii.            Leukemia Sel Berambut
3.      Penanganan leukemia sebagai berikut :
Dengan cara terapi yang diarahkan untuk menghilangkan el yang abnormal, melalui pengobatan kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang, pemberian antimicrobial agresif pada kasus infeksi, dan penggunaan terapi komponen darah yang bijaksana (seperti trombosit, sel darah merah padat). Perawatan suportif adalah kunci untuk meningkatkan daya hidup pederita.
4.      Seseorang dinyatakan terkena leukemia, dapat dilihat dari etologinya :
a.       Genetik : adanya penyimpangan kromosom
b.      Saudara kandung : adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik yang terjadi pada tahun pertama kelahiran.
c.       Faktor lingkungan : radiasi, bahan kimia, dan obat – obatan yang dihubungkan dengan insiden.
d.      Bahan kimia : Paparan kromis dari bahan kimia
e.       Radiasi : Hubungan yang erat antara radiasi
Leukemia granulosistik atau mielositik akut ditemukan pada orang dewasa semua umur, dan akan meningkat setelah umur 40 tahun. Umur rata – rata adalah 60 tahun. Leukemia limfositik akut lebih sering pada anak – anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncaknya antara umur 2 tahun  dan 4 tahun.


DAFTAR PUSTAKA
Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.  
Dr. Sarjadi, dr.SpPA. 2000. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2   Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 Buku 1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
                         . 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Reeves, Charlene Jet al. 2001. Medical-surgical Nursing. Jakarta : Salemba medika.
Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2002. Medical Surgical Nursing. Amerika : Lippincott.
Waterbury, Larry. 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar